Sabtu, 21 Juli 2012

Bid'ah Teriak Bid'ah

BID’AH Teriak BID’AH



Kita sering mendengar istilah , Maling Teriak Maling.Maling yang berteriak maling itu melakukannya untuk melarikan diri dan membohongi publik bahwa dirinya sebenarnya maling.

Dalam hal agama pun demikian,  ada  kelompok yang suka lantang berteriak bid’ah padahal kalau dicermati mereka sendiri yang melakukan Bid’ah (sesuatu yang tidak diajarkan Nabi SAW). Bahkan bisa dikatakan lebih Bid’ah dari yang biasa mereka tuduh bid’ah. Hal itu karena mereka bukan saja melakukan hal yang dulu tidak dilakukan oleh Nabi SAW, namun sudah dalam tahap mengkoreksi Nabi , yang secara Implisit menganggap Nabi lebih bodoh dari mereka.

Jika kita melihat tradisi Ahulussunah wal’Jamaah dalam hal Dzikir Berjamaah misalnya, yang biasa dianggap Bid’ah oleh mereka, adalah bukan untuk mengkoreksi Nabi, tapi justru dalam kerangka mengimplementasikan perintah-Nya , untuk “Udzkurulloh dzikron katsiroo” (Berdikirlah , sebutlah Nama Alloh dengan sebanyak-banyaknya), atau Perintah Nabi, “Jaddidu Imanakum bi Laailaahaillalloh” (Perbaharuilah Iman kalian dengan Kalimah Laailaahaillalloh). Dan masih banyak lagi dasar perintah tentang keutamaan Dzikir.

Nah sekarang, silahkan Ummat Islam bisa melihat dan menangkap sendiri, siapa yang sebenarnya Ahli Bid’ah. Maka  berhati-hatilah dalam menilai orang lain, karena Nabi pun sudah mengingatkan  , “Jika salah satu kelompok berteriak Kafir kepada yang lain, maka boleh jadi akan  akan mengenai  dirinya sendiri”. Siapa pula yang di sini bisa dinilai lebih berhati-hati dalam urusan agama.

Semuanya tau , bahwa Nabi memerintahkan kita agar memulai berpuasa dan  berHari raya  dengan dasar Melihat Hilal (Ru’yatul Hilal) .Kemudian Beliau dengan Kebijaksanaan dan Ilmunya yang Agung juga memberikan solusi , jika Hilal tak bisa terlihat karena terhalang, maka agar kita menyempurnakannya 30 hari (dalam berpuasa atau pun hitungan bulan Sa’ban).

Nah Coba kita renungkan  Kebijaksanaan Ilmu Nabi Agung  Muhammad SAW  yang Alloh telah menjamin dalam al-Quran , bahwa semua Pernyataannya itu bukan keluar dari hawa nafsunya, melainkan karena dari Wahyu yang Beliau terima.

Dan coba kita bandingkan Fatwa Nabi itu dengan pernyataan berikut ini (yang masih terlihat dibalut nafsu) :
"Kami sudah bisa menetapkan awal puasa, juga hari raya, sampai 100 tahun ke depan. Hal itu karena kami memiliki rumus esakta, seperti astronomi dan falak, sehingga sidang isbat tidak diperlukan lagi oleh kami," ujar Din Syamsuddin, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu (27/6/2012).

Kita tau dan  Din Syamsudin juga pasti mengerti bahwa  sidang Istbat adalah dalam rangka menggabungkan pendapat para pakar astronomi dan agama Islam di bidangnya  dalam Hal Ru’yatul Hilal dan juga Hisab. Implisit bisa ditafsirkan, Pernyataan Din Syamsudin itu mengkoreksi perintah Nabi , tak perlu lagi ada Ru’yatul Hilal. Hebat betul ya..?!
Dan ini  dia Hujjah yang biasa digunakan oleh orang Wahabi dalam menghantam Ahlusunnah wal-Jamaah mengenai Bid’ah :

Pembuat dan Pelaku BID'AH memandang AGAMA tidak lengkap dan bermaksud melengkapi, menyempurnakan agama yg blm sempurna. padahal ALLAH berfirman "PADA HARI INI TELAH KUSEMPRNAKAN UNTUK KAMU AGAMAMU DAN TELAH KUCUKUPKAN PADAMU NIKMATKU DAN TELAH KU RIDHOI ISLAM ITU MENJADI AGAMA BAGIMU..." ( AL-MAIDAH;3)
Siapa yang Kembali Kepada Quran dan Sunnah sebenarnya dan siapa yang lari dari keduanya ?
Bukankah Hujjah itu lebih tepat dikenakan pada mereka sendiri terkait dengan Ru’yatul Hilal ?  Bukankah telah menjadi Bumerang bagi diri mereka sendiri ?

Wallohul Muwafiq Ilaa Aqwamithoriik. Semoga kita senantiasa termasuk golongan yang menjalankan Sunnah Rasul dengan sebaik-baiknya.Kita bisa mentolerir perbedaan, namun tidak bisa maaf, untuk yang telah merendahkan Ilmu Nabi SAW yang Agung.

20 Juli 2012, sambil menikmati kopi pagi yang menyegarkan.