Selasa, 30 September 2014

PENETAPAN UU PILKADA TIDAK SAH , TAK PENUHI KUORUM


Berikut ini adalah Pernyataan kritis yang teliti dan luput dari perhatian para tokoh politik. Tulisan berikut diambil dari statemen IRWAN ARSITON NAPITUPULU di akun Facebooknya. Semua tulisan di bawah ini adalah murni statemen dan tulisannya saudara Irwan :

Irwan Ariston Napitupulu: Keputusan DPR terkait RUU Pilkada, TIDAK SAH.

Berdasarkan tata tertib DPR mengenai tata cara pengambilan keputusan yang dapat di baca di web DPR yang saya cantumkan dibawah ini, keputusan DPR terkait RUU Pilkada ternyata TIDAK SAH dikarenakan tidak memenuhi persyaratan jumlah suara yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sebuah keputusan resmi DPR.

Pasal 277 ayat 1 mengatakan:
Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil dalam rapat yang dihadiri oleh anggota dan unsur fraksi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 245 ayat (1), dan disetujui oleh lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir.
Jumlah anggota yang hadir pada sidang RUU Pilkada tersebut adalah sebanyak 496. Dapat dilihat langsung daftar kehadiran di kesekreatriatan DPR atau bisa lihat di berita berikut ini:
http://www.antaranews.com/berita/455360/496-anggota-dpr-ri-hadiri-paripurna-ruu-pilkada

Bila mengacu pada pasal 277 ayat 1, maka keputusan baru dinyatakan SAH dan berlaku bila disetujui oleh lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir. Bila jumlah anggota yang hadir adalah 496, maka keputusan baru dinyatakan SAH bila mendapat 249 suara.
Mengenai anggota DPR yang walkout atau meninggalkan sidang, ada diatur dalam pasal 278 ayat 3 yang mengatur demikian:

Anggota yang meninggalkan sidang dianggap telah hadir dan tidak mempengaruhi sahnya keputusan.
Dengan demikian, maka walaupun meninggalkan sidang, maka tetap dinyatakan telah hadir sehingga persyaratan lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir tetap berlaku yaitu dalam hal ini karena yang hadir pada daftar hadir yang resmi adalah 496 orang, maka keputusan dalam sidang DPR tersebut baru sah bila mendapatkan suara dukungan sebesar minimal 249 suara.

Suara keputusan terkait RUU Pilkada pada sidang DPR tersebut hanya mendapatkan suara dukungan sebesar 226 suara, alias hanya mencapai 45,56% suara anggota DPR yang hadir. Tidak memenuhi persyaratan tatib DPR Bab XVII pasal 277 ayat 1, dimana ketentuannya harus disetujui oleh lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir.

Silakan penjelasan saya ini diteruskan kepada pihak terkait yang memerlukan.
Untuk Presiden SBY yang saya hormati, saya sudah coba membantu Bapak keluar dari situasi sulit di akhir masa jabatan Bapak. Mohon kiranya agar Bapak Presiden bisa memanfaatkan hal ini dengan baik dan tetap pada sumpahnya untuk berjuang mempertahankan pemilu langsung seperti yang Bapak janjikan. Semoga nama baik Bapak sebagai presiden pertama di era reformasi yang dipilih secara langsung oleh rakyat, tidak jadi cidera oleh ulah sebagian anggota DPR yang melupakan perjuangan gerakan reformasi tahun 1998.

Semoga situasi terkini bisa dikendalikan, dan keputusan DPR yang lalu pada sidang RUU Pilkada bisa dinyatakan TIDAK SAH karena tidak memenuhi tata tertib DPR dalam hal tata cara pengambilan keputusan.
salam,
Irwan Ariston Napitupulu

catatan:
Bagi yang ingin memforward penjelasan saya ini, silakan saja dilakukan secara bebas. Saya sengaja membuatnya bisa diakses secara publik.

Berikan link berikut agar ulasan yg saya tulis di atas juga bisa dibaca:
https://www.facebook.com/irwan.napitupulu/posts/10152829730624474http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/tata-tertib/bab-17

YUSRIL Minta Presiden SBY Agar UU Pilkada Tidak Usah Ditandatangani

SBY dan JOKOWI Diminta Tidak Tandatangani UU Pilkada 

Ini dia perkembangan terbaru soal polemik UU Pilkada Langsung dan Tidak Langsung. Kendati sudah diputuskan oleh DPR RI melalui mekanisme voting, namun menurut Prof. Yusril Ihza Mahendra, tidak akan ada artinya jika Presiden tidak mau tanda tangan.


Dalam akun twitternya hari Senin , pada intinya Ia memberikan saran  kepada Presiden SBY untuk tidak mau menandatangani UU Pilkada tidak langsung yang sangat kontrofersial itu. Menurut Yusril, UU itu jika disahkan sepenuhnya dengan persetujuan Presiden, rentan menimbulkan konflik di tengah masyarakat. 


( foto Yusril saat bertemu dengan Presiden SBY di Kyoto Jepang, seperti diunggah di akun      twitternya, Senin). 

Yusril mengatakan, sudah menyampaikan usulan tersebut langsung kepada Presiden SBY saat bertemu di Jepang, kemarin.  Ada beberapa  saran yang diberikan oleh Prof Yusril kepada Presiden SBY terkait UU Pilkada yang dihasilkan di sidang paripurna. Secara mendasar dan yang paling pokok, Prof Yusril meminta  kepada Presiden SBY untuk tidak perlu menandatangani UU Pilkada sampai masa jabatannya habis. 

Begitu pula dengan Presiden Jokowi nanti diharapkan juga dapat melakukan hal yang sama., agar tidak usah mau mengikuti alur kehendak politisi-politisi KMP. Maka dengan demikian UU tersebut tidak akan bisa diUndangkan tanpa persetujuan Presiden.


Karena RUU Pilkada tidak ikut dibahas oleh presiden terpilih, maka RUU pilkada tersebut bisa saja dikembalikan kepada DPR untuk dibahas baik dipanja maupun di komisi. Jika demikian, dan selama Presiden menolak,  maka yang berlaku adalah UU pemerintahan Daerah saat ini yakni  Pilkada tetap dilaksanakan secara langsung. 


Baik Presdien SBY maupun Jokowi agar tidak usah kwatir dengan keputusan tersebut karena justru akan mendapat dukungan besar dari rakyat Indonesia yang pro-Demokrasi. 


"Saran saya SBY tidak usah tandatangani dan undangkan RUU tersebut sampai jabatannya habis," kata Yusril dalam akun Twitternya, Senin (29/9). "Dengan tetap berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang ada sekarang, maka pemilihan kepala daerah tetap dilakukan secara langsung oleh rakyat," kata Yusril.

Usai pertemuan, Yusril juga diminta SBY untuk menghubungi presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi), membahas skenario tersebut. 


"Pada intinya Presiden terpilih Joko Widodo dapat memahami jalan keluar yang saya sarankan, yang saya anggap terbaik bagi semua pihak," tegas Yusril. Sikap tegas Presiden seperti usul Yusril itu menurutnya,  sesuai dengan  Pasal 20 ayat 5 UUD 1945. ###

Senin, 29 September 2014

NU dan PILKADA LANGSUNG

NU dan PILKADA LANGSUNG




Oleh: Agus Maryono S Ag

Salah satu topik yang menjadi perbincangan cukup hangat di tengah ramainya pro kontra RUU Pilkada Langsung/tak Langsung kemarin adalah tentang perbedaan pendapat antara PKB dengan NU. NU secara resmi memutuskan Pilkada dilaksanakan secara tidak langsung sesuai keputusan Munas PBNU dua tahun silam. Sementara sikap Politik PKB jelas memilih Pilkada Langsung.

Sebagaimana diketahui pula bahwa PKB adalah parpol milik warga NU yang lahir secara resmi dari rahimnya. Oleh karna itu tidak berlebihan kalau PKB mengusung jargon “Dari NU untuk Bangsa”. Walaupun realitas tersebut memang sulit dibantah namun banyak pula yang menentang terutama adalah kader-kader NU yang berada di rumah politik selain PKB.

Yang banyak dipersoalkan oleh orang-orang NU terutama yang berada di luar PKB adalah mengapa keputusan politik PKB dalam hal RUU Pilkada kemarin tidak sejalan dengan kemauan Kyai-kyai NU. Bukankah PKB adalah alat politiknya NU , mengapa berani berbeda dan berseberangan dengan fatwa besar PBNU.

Antara PKB dengan NU memang sulit dipisahkan. Kalau saya mengibaratkan sebagai dua sisi mata uang antara PKB dengan NU. Satu tapi dua, dua namun satu. Pemilihnya adalah 99 persen kaum Nahdliyin. Namun demikian sebagai lembaga yang terpisah, antara PBNU dengan PKB memang berhak membuat keputusan sendiri-sendiri sesuai dengan visi dan misinya masing-masing.

PKB sebagai parpol semua keputusannya tentu saja bermotif politik dengan melihat situasi dan kepentingan besar visi politiknya. Sementara NU sebagai Ormas Agama juga demikian, fatwanya adalah bersifat non-politik , termasuk ketika menghasilkan rekomendasi Pilkada tidak langsung itu. Namun demikian semua keputusan PKB sejauh ini saya masih melihat sejalan dengan visi besar NU , bagaimana bisa menjadi Rahmatan Lil’alamin khususnya untuk Bangsa Indonesia dengan landasan Ideologi ASWAJA . Ideologi Islam yang salah satunya mengajarkan sikap toleran di Tanah Air ini.

Hanya yang sering tidak bisa dipahami oleh semua orang termasuk orang NU sendiri adalah bagaimana strategi dimainkan oleh keduanya yang sering-sering nampak berlawanan, terutama dalam hal sikap politik. Padahal sejatinya tidak, dan ini adalah bagian dari kedewasaan politik Nahdliyin yang sudah cukup lama mengenyam pendidikan demokrasi dan pluralitas sebagaimana diajarkan oleh Guru Besar , KH. Abdurrahman Wahid.

Kalau harus jujur, PBNU kemarin bersifat pasif dan tidak pernah sedikitpun memberikan penekanan ataupun intruksi resmi kepada PKB agar memilih opsi Pilkada Langsung.

Mengapa, karna para Kyai NU sudah memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada para politisi PKB bagaimana memainkan peran politiknya yang tentu saja untuk kemaslahatan umat.

Yang harus digarisbawahi adalah, bahwa PBNU merekomendasikan Pilkada tidak langsujg itu motifnya adalah keikhlasan, demi kemaslahatan umat tanpa tendensi politik apapun. Dua tahun lalu tentu saja belum bisa diprediksikan siapakah parpol yang akan memenangkan Pemilu. Maka stentu saja bahwa keputusan Munas PBNU jelas tanpa kepentingan politik.

Nah motif dan niat di balik opsi langsung atau tidak langsung Pilkda dilakukan inilah yang membedakan 180 derajat dengan kelompok Koalisi Merah Putih. Opsi KMP terhadap Pilkada tidak Langsung itu 500 persen adalah kepentingan politiknya. Jauh dari keiikhlasan seperti apa yang dilakukan oleh para Ulama NU dengan keputusannya itu.

Dengan niat yang berbeda, walaupun bentuk perbuatanya sama maka hasilnya juga akan berbeda. Kemaslahatan, nilai manfaat yang akan terjadi juga pasti berbeda karna semangat yang berbeda tersebut. Dalam agama Islam, niat itu menduduki posisi yang sangat penting dalam setiap perbuatan. Baik buruknya pekerjaan bahkan dinilai dari niat atau motifasi awalnya, bukan dari rupa fisik perbuatannya saja.

Sebagai contoh, ada dua kelompok orang yang sama-sama mengajak anda pergi ke masjid. Yang satu mengajak dengan niat mau mencuri benda-benda yang bukaan haknya dari dalam masjid dan kelompok kedua mengajak ke masjid memang tulus untuk beribadah. Kira-kira apakah hasil yang diperoleh dua kelompok tersebut samakah ? Kemudian jika anda diajak untuk memilih mau mengikuti kelompok mana , walaupun sama sama ke masjid ?

Nah dalam kontek RUU Pilkada kemarin, sikap PKB tidak sama dengan hasil Munas PBNU bukan berarti melawan kebijakan para Ulama NU panutannya, melainkan adalah sikap tidak mungkin mengikuti kelompok yang semangatnya adalah dendam politik. Dalam hal apapun semangat dendam tidaklah mungkin akan menghasilkan hal-hal yang positif. Dendam hanya akan mendatangkan kehancuran yang berkepanjangan. Maka bukankah niat tulus membangun bangsa itu adalah hal yang mudah diteorikan, namun susah untuk dilakukan ? ###

Sabtu, 27 September 2014

DINAMIKA JADUK SANTRI

FOTO: Ilustrasi 

By: Agus Mar S Ag

Banyak teman-teman penulis yang sewaktu belajar di Pondok pesantren sangat suka mempelajari ilmu-ilmu kesaktian dengan segala macamnya. Dalam bahasa pondok ilmu-ilmu ini biasa disebut ilmu kejadukan atau ilmu Hikmah. Yang paling rendah biasanya bagiamana bisa beladiri secara otomatis hanya dengan mengamalkan wirid tertentu. Dengan wirid tersebut nanti tiba-tiba tubuh ini bisa bergerak cepat dengan gerakan-gerakan pencak silat atau karate seperti yang dinginkan.

Terus terang saja pada awal penulis mondok di usia remaja, sangat tertarik belajar ilmu seperti ini. Dan juga telah mencobanya. Bagaimana tubuh ini seperti ada yang menggerakan sehingga terasa ringan dan berat. Ringan bergerak berat seperti berisi besi. Dan memang lebih tepat dikatakan seperti orang kerasukan.

Tapi untungnya tidak sampai terlanjur parah. Karena dilarang Pak Kiai ketika tiba-tiba beliau melihat saya dan teman-teman sedang berlatih di halaman masjid menjelang subuh. Kontan saja semua santri subuh itu dikumpulkan dan dimarahi habis-habisan. Ia melarang keras. Alasannya dengan mempelajari ilmu-ilmu semacam itu ngajinya bisa menjadi bodoh. Lagi pula kata pak Kiai, nanti pada saatnya kalau sudah menguasai ilmu agama secara matang ilmu kayak begituan bisa datang sendiri tanpa diminta.

Semenjak itu, kami tidak pernah lagi melanjutkan latihan. Santri yang kami anggap senior yang mengajari kami silat setrum itu juga menjadi jarang tidur di pondok. Maklum ia bukanlah santri mukim, namun warga sekitar pondok namun kabarnya banyak ilmu kedigjayaannya sehingga banyak santri yang terpesona ingin negmpil imu jaduknya.  Dan mungkin ikut dimarahin pak kiai sehingga ia jarang datang ke pondok setelah peristiwa tersebut.

Kami berhenti dari mempelajari ilmu tersebut karena mutlak larangan pak kiai. Dan tidak tahu sama sekali seluk beluknya apa dan bagimana bahaya ilmu hikmah bagi kami.

Seiring perjalanan waktu  yang saya lalui, kami menjadi sadar bahwa ilmu hikmah memang mengandung resiko yang besar. Baik secara kejiwaan maupun secara akhirati.

Secara kejiwaan bisa mengganggu. Pengaruh khodam yang biasanya dari bangsa mahluk jin bisa membuat fisik ini tidak kuat dan tidak jarang yang terganggu jiwanya. Makhluk tersebut biasanya tidak sekedar menempati bagian dari tubuh kita tanpa pamrih apapun. Apabila sekedar ngendon di tubuh saja sudah bisa membuat rasa malas beribadah apalagi jika sampai dia meminta macam-macam demi kebohongan ilmu yang ditawarkan.     Dan pengaruh umum orang yang menguasai ilmu ini khusunya yang tidak matang ruhaninya biasanya cenderung emosional dan pantang tersinggung. Ia juga cenderung takabur karena merasa memiliki ilmu kesaktian.

Secara akhiraty bisa mengancam kita menjadi orang yang muflish (bangkrut) besok di hari kiamat. Dia beranggapan amal-amalan wiridnya yang panjang dan banyak akan mendapatkan pahala berlimpah kelak pada hari pembalasan. Namun bisa-bisa kosong tanpa isi sedikitpun. Bukankah hanya amalan yang ikhlas tanpa pamrih yang akan diterima di sisi-Nya ?  

Apakah bisa dikatakan amalan ilmu hikmah itu ikhlas kalau dalam wiridnya berharap sesuatu ? Kalau dalam wirid dibarengi nafsu ingin sakti apakah itu bisa dikatakan ikhlas?

Bukankah kita sepakat bahwa amalan ikhlas adalah amalan yang murni hanya mengharapkan ridho Alloh dibalik amalannya ? bukan karena tetek bengek ilmu kesaktian. Bukan karena ingin diberikan rzki yang banyak. Bukan karena ingin tubuhnya tak mempan dibacok senjata tajam. Bukan karena ingin pengikut dan santrinya bertambah banyak. Bukan karena ingin dihormati dan seterusnya ?

“Ilahi Anta Maqsudi wa Ridhoka Matlubi (Ya Alloh tuhanku, Engakulah yang aku maksud dan Ridho-Mu yang aku cari ) “ demikianlah seharusnya niat di dalam hati setiap hendak beramal kebajikan.

Para pelaku dzikir yang istiqomah kerapkali mendapatkan karomah dari Alloh SWT, sehingga kadang muncul keluarbiasaan darinya. Tapi perlu diingat itu semata anugerah dan bukan karena diminta atau diniatkan mendapatkan itu dalam melakukan amal-amalannya. Justru Karena keikhlasan-nyalah yang membuat Tuhan memberikan semacam bonus kepada orang itu ketika ia membutuhkan.

Dan Karomah ini biasanya tidak untuk didemokan. Karena kapan datangnya juga sang pemilik sering-sering tidak tau.

Di balik Karomah adalah malaikat yang tidak mungkin diatur dan dipergunakan untuk pamer oleh manusia. Sementara  di balik ilmu kejadukan adalah jin yang sangat senang jika didemonstrasikan.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa tuhan kami adalah Alloh kemudian memantapkan dalam hatinya maka akan turunlah kepada mereka para malaikat. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat” (Qs. Fushilat)

Malikat akan turun kepada orang yang beramal dan berdzikir secara ikhlas. Alloh-lah yang memerintahkan kepada mereka untuk melindungi orang-orang yang ikhlas dalam beramal. 

Maka jika ada orang mengatakan berkhodamkan malaikat di balik ilmu-ilmu hikmah yang dapat dipertontonkan dan didemonstrasikan jelas bohong. Tidak mungkin malaikat dijadikan bahan mainan manusia. Dan tidak mungkin Tuhan mengirimkannya kepada orang-orang yang beramal dg tanpa disertai keikhlasan.

Orang duduk berdizkir berlama-lama mengharapkan ilmu-ilmu kekebalan atau semacamnya, itu tidak ikhlas namanya. Karena malaikat hanya akan turun pada orang-orang yang iklhas maka dalam kondisi dzikir disertai nafsu semacam itu turunlah Jin menyertai nafsunya. Jin-jin itulah yang kemuidan menjadi khodam untuk mewujudkan apa yang diingnkannya. Celakanya para ahli ilmu kejadukan atas kebodohannya dalam  hal ini beranggapan bahwa dirinya hebat dan berkhodamkan malaikat. Hmmm, dekatilah ahlul kasaf maka anda akan tau yang sebenarnya.

Maka dari itu pula, anda harus berhati-hati dengan orang orang yang mendakwakan diri dengan segala kepintarannya. Para wali dan ulama-ulama shalih biaanya tidak banyak bicara apalagi bernada sombong pamer ilmunya. Kepada para ulama shalih inilah mestinya kita meminta nasehat dan berharap berkahnya, bukan kepada dukun, tukang ramal walapun ia berjubah dan bergamis sekalipun.
###


Banyumas, 2010

Rabu, 24 September 2014

ORANG ZUHUD BOLEH KAYA RAYA



Oleh : Agus Maryono S Ag

Siapa bilang orang zuhud harus miskin? Orang zuhud boleh saja kaya raya.Boleh saja memiliki rumah megah dan mobil mewah. Orang zuhud boleh saja bergelimang harta benda dan zuhud sama sekali salah jika diidentikkan dengan kemiskinan.

ZUHUD sama sekali tidak terletak pada simbol-simbol duniawi. Namun zuhud adalah sikap hati atas warna-warni dan gebyar duniawi. Yakni, sikap hati untuk tidak mengidolakan dan mengagumi kemegahan dunia. Di hadapan orang zuhud, rumah megah dan kendaraan yang mewah-mewah adalah hal biasa , hal remeh dan bukanlah barang istimewa, baik dimilikinya sendiri ataupun kepunyaan orang lain. 

Orang yang Zuhud akan memandang bahwa semua itu adalah barang-barang murah jika dibandingkan dengan kemegahaan hidup di masa yang akan datang (ahirat). Kemegahan Surga-Nya adalah segala-galanya dan konsentrasinya untuk menghadap dan mengabdi kepada Sang Pencipta, tidak akan pernah terpengaruh pernak-pernik dunia ini walaupun semua itu ada disekitarnya. 

Orang zuhud boleh saja berangkat ke masjid memakai Lamborgini , asal kondisi hatinya memang bersih dan murni hanya akan mengabdi kepada-Nya. Ia menyadari dan melihat kemewahan dunia yang dimilikinya adalah amanah, titipan kecil yang harus diperjalankan sesuai kehendak-Nya. 

Namun sama sekali bukanlah orang Zuhud, kendati Ia menuju masjid memakai sepeda ontel namun dibarengi dengan sikap keluh kesah , bersedih dengan kondisinya itu. Ia bukanlah orang zuhud jika tidak sanggup mensyukuri apa yang ada ditangannya. Bahkan kendatipun makan sehari hanya satu kali, ke mana-mana berjalan kaki, namun hatinya serakah merasa selalu kurang hidupnya maka Ia adalah tergolong orang yang Tamak (serakah). 

Dan tentu saja bukan bagian dari orang Zuhud yang menuju kantornya diriingi rasa sombong dan pamer mobil mewahnya. 

Jadi ukuran zuhud atau tidaknya seseorang  adalah dilihat dari  kondisi hati orang tersebut. Siapa yang tahu akan kondisi hati tersebut, hanya dia dan Tuhan Yang Maha Tahu. Cibiran dan omongan orang lain sama sekali tidak mempengaruhi kualitas kezuhudan dan ketamakan seseorang. 

Zuhud adalah bagian dari kondisi hati yang diidamkan oleh setiap muslim , karna termasuk buah dari sikap Keimanan kepada Sang Khaliq. Sama dengan Sabar, tawakkal, Syukur , semuanya adalah kualitas hati yang merupakan buah dari proses perjalanan spiritual seseorang. Wallohu A'alam. ###




Selasa, 23 September 2014

POLIGAMY itu Boleh


FOTO : Iustrasi Polygami

Oleh: Agus Maryono S Ag

Poligamy memang menarik untuk didiskusikan. Banyak pro dan kontra menanggapi hal tersebut. Yang menarik lagi karena sudut pandang yang dipakai cenderung  berbeda-beda, ya walaupun itu adalah hak setiap orang untuk berbeda pendapat namun setidaknya menjadikan topik poligmy arena adu urat leher yang seru. Khususnya lagi jika perdebatan itu antara laki-laki dan perempuan. Lebih khusus lagi jika keduanya sama-sama santri (santriwan dan santriwati), heheh dijamin masing-masing menghunus senjata dalil yang sama-sama ampuh.

Poligamy mencapai tataran yang sangat ramai diperbincangkan publik saat seorang Dai dari Bandung, AA Gym, melakukannya, pada tahun 2006 lalu.Beragam komentar muncul. Kebanyakan menghujat dan menyayangkan Aa Gym. Bahkan sesama dai juga menaggapi beragam. Hajjah Lutfiah sungkar misalnya, menyayangkan poligaminya, dengan menyatakan bahwa Aa telah menyia-nyiakan kepercayaan publik penggemarnya. Ia lebih memilih egonya ketimbang menjaga perasaan jamaahnya yang mayoritas kaum hawa. Ehm.

Saya pun ikut mengkoreksi pernyataan hajjah ini yang maaf dalam pandangan penulis, terkesan pribadi banget dan menyudutkan AA Gym__ maaf bukan dalam kontek membela AA juga.  Ya,  dai yang kerap muncul di televisi  memang belum tentu memiliki kedalaman spiritual bahkan tidak jarang, maaf kelas dukun dipermak dengan sorban__kemudian disebut kyai.

Seorang agamawan sejati pastilah akan memutuskan sesuatu , iya dan tidaknya atas dasar ibadah. Ridho Tuhan yang akan menjadi acuannya, baik diperhatikan oleh manusia ataupun tidak. Baik dipuji manusia ataupun tidak dan bukan pada sikap orang lain akan setuju ataupun tidak.

Banyak pertanyaan yang diajukan kepada penulis. Bagaimana menurut anda tentang poligamy. Banyak jawaban yang diberikan menjadi kacau karena tidak pandai mencermati pertanyaan. Banyak yang mengatakan tidak setuju bahkan menentang terutama dari kaum wanita atas poligamy. Alasannya beragam, diantaranya jawaban klasik “Wanita siapa yang mau dimadu”.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, menurut  penulis  haruslah dibedakan yakni antara poligamy dan oknum yang berpoligamy, karena akan menghadirkan jawaban yang berbeda secara tegas dari kedua pertanyaan tersebut.

Tentang poligammy boleh atau tidaknya, baik atau buruknya, secara umum sudah jelas dan tegas. Al-Quran membolehkan bahkan memerintahkan. Tidak mungkin kebolehan poligamy akan dibantah. Tak ada satupun pendapat agama yang boleh mengkoreksi al-Quran. Siapa yang akan menganulir perintah dan kebolehan dari Tuhan ? Jadi tentang syariat Poligamy jelaslah sudah final, boleh. Dan pasti setiap hukum al-Quran , Hukum Tuhan yang menyatakan boleh pasti juga karena ada kebaikan di situ.

Namun lain halnya ketika pertanyannya bagaimana menurut anda kalau si A, Si B dst berpoligamy ? Jawabannya akan sangat  beragam sesuai konteks si fulan  dalam berpoligamy, apakah telah memenuhi syarat-syarat yang diberlakukan agama ataukah belum. Jawabannya bisa boleh , bagus, haram, sunah , makruh dan lain-lain, tergantung niat dan motifasinya masing-masing.

Kalau sekedar adil dalam konteks lahir, mungkin sangat mudah ditempuh dan bisa diukur dengan mata telanjang. Setiap orang yang mempunyai penghasilan cukup akan bisa melakukannya. Namun benarkah dia bisa bertangung jawab terhadap keduanya secara benar lahir dan bantin ? (tanggung jawab batin dalam arti yg luas..bukan biologis semata) yakni  lebih pada kebutuhan esensial  ruhaniah menuju kebahagiaan akhirat , ini yang terpenting.

“Karena harus diingat dan kita renungkan bersama, tanggung jawab terhadap istri, anak-anak, keluarga sabagai seorang muslim tentu tidak hanya sebatas pada pemenuhan materi tetapi juga kebutuhan hidup setelah ini.“Quw, anfusakum wa-ahlikum naro” (Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka). Ini perintah-Nya dalam kitab Suci al-Quran.

Jika seseorang dengan istri pertama bisa menjalin hubungan dengan baik, anak-anaknya juga terbukti telah menjadi anak-anak yang baik yang sholih dan shalihah atau paling tidak telah secara maksimal mendidik mereka ke arah tersebut, kemudian memiliki rejeki yang cukup, maka memutuskan poligammy mungkin bisa dimaklumi.

Tentu jika motivasinya untuk mewujudkan kembali keluarga sakinah yang lain demi kebaikan istri dan keluarga selanjutnya.Akan lebih baik lagi jika motifasi itu juga ditujukan untk mewujudkan masyarakat yang agamis secara lebih luas, tidak sebatas pada keluarga barunya. Inilah yang sebenarnya diharapakan Rasul, yang ingin bangga dengan umatnya yang banyak yang baik-baik yang shalih-shalih besok .

Tapi apabila seseorang dengan satu istri saja nggak karu-karuan , anak-anak kacau dan terlantar tanpa adanya bimbingan yang memadai maka ketika membuat keputusan untuk berpoligamy , nanti dulu lah. Walapun mungkin dia secara materi tidak ada masalah, namun mampukah Ia memikul tanggung jawab akhiratynya kelak ?

Tentu memperbaiki kondisi keluarga pertama agar baik secar agam, adalah hal paling wajib pertama yang harus dilakukan. Jadi niat adalah segala-galanya sebelum memutuskan perbuatan agar menjadi punya arti secara ibadah. Tanpa niat yang benar maka tidak ada artinya perbuatan yang mestinya bisa menjadi ibadah.

Kalau sekedar memenuhi kebutuhan nafsu, asal melihat wanita cantik, sexi,  kemudian didekati dan dia mau diperistri kedua , ketiga dst, maka ini namanya karena menuruti hasrat biologis. Sayang sekali kalao hanya sekedar hasrat pendek.Nilai ibadahnya bisa menjadi hancur. Sebaiknya tidak merekayasa niat. Mungkin anda bisa saja berargumentasi, siapa tahu dengan beristri lagi bisa menjadi menambah kebaikan.

Namun harus diketahui niat tempatnya ada di hati anda yang muncul pada awal anda akan memutuskan suatu keinginan. Itu yang dikatan niat sebenarnya, yang akan dinilai sebagai sah dan tidaknya, baik dan buruknya keputusan anda di hadapan Tuhan. Bukan argumentasi di belakang itu , walalupun argumentasi itu dibalut dengan segudang dalil manis dan kuat.

Tulisan ini baru sebagian kecil membahas tentang Poligamy.Setiap orang memiliki persoalan yang berbeda dalam hidupnya. Yang jelas bagi seseorang Poligamy mungkin saja menjadi sesuatu yg harus segera dilakukan. Namun bagi seseorang yg lain mungkin sebaliknya,sebagai sesuatu yg harus ditangguhkan atau bahkan dijauhi. Wallohu ‘alam .###

Penulis, alumni Pon.Pes. al-Ikhsan Beji, Purwokerto.

Rabu, 17 September 2014

Hati Yang Hidup


Hati Yang Hidup

By : Agus M

Seorang guru, Syeh yang sedang menasehati beberapa orang muridnya mengatakan, jika orang hatinya telah hidup dengan dzikrulloh maka segala perbuatannya bisa menjadi ibadah, diamnya, buang air kecilnya, beraknya , ketika sedang berhubungan badan dengan istri semuanya bisa menjadi ibadah kepada Alloh. Apalagi  saat di jalan, saat melihat perempuan secantik atau sejelk apapun . Saat ditempat kerja, apalagi saat duduk bersila berdzikir, apalagi puasanya dan apalagi sholatnya merupakan ibadah-ibadah yang menyegarkan hati.

Namun jika orang hatinya mati, yang tidak pernah dihidupkan dengan dzikir kepada Alloh, maka bisa kebalikannya. Jadi maksiat dan dosa . Saat makan minumnya , semuanya dalam rangka memperturutkan nafsu walapun dari rizki yang halal. Diamnya  bermaksiat ,karena lupa kepada Alloh. Orang akan mudah mengeluh tidak bersyukur selalu merasa menjadi orang yang serba kekurangan , bersedih tidak ingat akan nikmat-nikmat yang ada. Merasa kurang puas terus, bermimpi terus, dendam dengan tetangga, hasud, dengki, bahkan bisa berencana jahat. Apalagi bicaranya, apalagi saat berkumpul dengan orang banyak, banyak salahnya ketimbang benarnya.

Ketika berkumpul bersama istri, nafsu yang dikedepankan, sebarapa puas, seberapa lama, berapa kali seminggu, marah kalau pelayanan tidak memuaskan, hanya memenuhi hajat biologis. Bisa menjadi maksiat lahir batin kepada Alloh.

Sholatnya bisa menjadi maksiat, tubuh bertakbir, tapi hati ke mana-mana, tidak sopan berhadapan dengan Tuhannya tapi hatinya ada di tempat lain. Batinmu adalah lahirmu dihadapan-Nya. Bisa anda bayangkan jika anda ketamuan seseorang duduk di depan anda ngobrol ke sana ke mari, tapi tidak melihat anda tengok ke sana kemari tidak sadar dengan apa yang diucapkan, bahkan kadang-kadang bangkit berdiri berjalan ke sana kemari tidak perduli dengan anda sedikitpun, walaupun berkali-kali menyebut nama anda.

Hati yang lupa kepada Alloh, jangankan aktifitas-aktifitas lahir yang berbaju dunia, saat bekerja saat di kantor, keuntungan materi yang dipikirkannya selalu, seberapa banyak bonus yang akan didapat, seberapa besar gajihku, kapan naik pangkat , tidak puas dengan penghasilan yang ada dan seterusnya. Aktifitas akhirat yang jelas-jelas asalnya ibadah juga bisa berbalik menjadi aktifitas duniawi dan bahkan jadi bernilai maksiat kepada Alloh SWT.

Jika seseorang pergi ke masjid yang mestinya ibadah, bisa menjadi maksiat karena ternyata maksud hatinya bukan karena ALLOh, namun karena ingin dikatakan orang alim, ingin diangkat jadi ketua ta’mir, ingin dijadikan menantu pak haji, atau ada juga yang menjadi aktifitas duniawi, karena ingin pangkatnya naik, ingin rizkinya bertambah, ingin dagagnnya laris, ingin anaknya jadi pegawai negeri.

“Wah, terus bagimana dengan aktiftas dunianya kalau begitu, dasar orang gila. Gila harta, gila kedudukan, gila pangkat”. Di depan Tuhan saja  masih memikirkan begituan, apakah lupa bahwa dosanya telah menumpuk setinggi gunung, apakah lupa kalau dosa-dosa itu tidak terampuni bakal menjadi orang yang celaka ?  Mengapa  menambah dosa   terus.

“Laahaula wala quwwata Illa Billahil’aliyyil ‘adzim”

Hati yang Hidup adalah hati yang selalu dipenuhi dengan dzikrulloh, hati yang ingat dan diingat Alloh.

“Ingatlah kamu semua kepada-Ku maka Akupun akan mengingatmu” (al-Hadist)

“Ingatlah hanya dengan berdzikir kepada Alloh hati akan menjadi tenang”

Hati yang khusu, hati yang selamat karena dzikir, saat diamnya saja bisa merupakan ibadah besar apalagai geraknya. Hati yang selalu dzikir tidak pernah berhenti ibadah, kendati sekujur tubuhnya diam, bahkan saat tidur sekalipun.

Walaupun kelihatannya sedang duduk berdiam diri, namun hatinya sedang dipenuhi rasa syukur kepada Alloh, hatinya sedang bertafakkur mengagumi penciptaan Alloh, hatinya sedang berdoa untuk anaknya, istrinya, suaminya, bahkan kepada tetangganya sekalipun senantiasa memusuhinya.

Saat berkumpul , berjima’ dengan istrinya, hatinya terus berputar bermunajat kepada Alloh, berdoa semoga diberikan kekuatan menjaganya dari api neraka, semoga anak-anknya menjadi shalih-shalihah, tidak sekadar pemenuhan kepuasan sexsual belaka.

Saat melihat wanita sejelek apapun, hatinya akan tertuntun untuk tidak membenci dan berpikir buruk, karena dia sadar ia adalah Ciptaan-Alloh yang bisa jadi secara ruhani bisa lebih mulia ketimbang dirinya kendati secara fisik dikatan jelek oleh orang.

Melihat wanita cantik, Subhanalloh, Maha Suci Alloh dengan segala ciptaan-Nya. Doakan semoga hatinya secantik rupanya.
Ada yang pusarnya kelihatan ? Masya Alloh, semoga Engkau mengampuninya, semoga aku diselamatkan dari fitnah wanita dan kejahatannya.  Jauhkan anak-anak perempuanku , keluargaku dari keumungkaran dan maksiat kepada-Mu.

Bagaimanakah dengan anda ?

“Ingatlah bahwa dzikir kepada Alloh itu lebih besar “

### 





Selasa, 16 September 2014

Bercerminlah dan Jangan Putus Asa

Bercerminlah dan Jangan Putus Asa
Oleh : Agus Mar

Hadist yang dikutip oleh ‘Aidh al-Qarni dalam bukunya La-Tahzan (jangan bersedih) sungguh sangat menyejukkan kepada mereka yang giat berdakwah di jalan Alloh. Hadist tersebut juga bisa menenangkan kepada para pejalan spiritual yang kerap mendapat tentangan dan cercaan di tengah masyarakat.
Hadist tersebut berbunyi seperti ini :
”Barangsiapa membuat Alloh Ridha namun orang-orang tidak menerima, maka Alloh akan ridha kepadanya dan akan menjadikan orang-orang itu ridha kepadanya. Dan, barangsiapa membuat Alloh tidak menerima namun orang-orang ridha kepadanya , maka Alloh  akan tidak menerimanya dan membuat orang-orang itu tidak menerimanya”.
Jangan pernah berputus asa atas perjuangan di jalan-Nya dan jangan pernah merasa bahwa anda sudah kehabisan jalan dan  sudah tidak ada jalan lagi untuk mendakwahkan pesan-pesan-Nya, jangan pernah berpikir buruk –bersu’udhon--bahwa orang-orang disekitar anda tidak mau diajak untuk berada di jalan-Nya. Karena pikiran semacam itu sama artinya anda meragukan firman Alloh :
“Barang siapa bertakwa kepada Alloh, maka Alloh akan membuatkan jalan keluar kepadanya dan akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”.
Yang harus diketahui  bahwa tidak ada kewajiban sama sekali bagi anda untuk merubah masyarakat menjadi merah, hijau atau seperti yang anda inginkan. Anda tidak akan  dimintai tanggung jawab atas keadaan mereka yang tidak mau berubah  , kendatipun mereka tetap dalam perbuatan maksiat, asalkan berbagai upaya semampu  anda telah dilakukan untuk menyadarkan mereka.Lain halnya kalau anda diam seribu bahasa tanpa pernah berupaya dengan kemungkaran-kemungkaran, dengan kemalasan yang ada di masyarakat sekitar anda, maka akan ada pertanyaan kelak untuk apa ilmu anda digunakan.
          Dan yang harus dicatat, bahwa jika Alloh menghendaki masyarakat di sekitar anda menjadi orang-orang yang beriman, maka mereka pasti akan menjadi orang-orang mu’min lantaran ceramah anda.
          “Innal Huda, Hudalloh” , petunjuk itu milik Alloh semata. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka tidak ada seorangpun yang sanggup menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disestkan Alloh maka tidak ada yang sanggup untuk memberikan petunjuk.
Yang menjadi pertanyaan justru, sudahkah anda menyampaikan pesan-pesan-Nya atas izin dan rekomendasi-Nya. Sudahkah anda mengantongi Ridha-nya ? Jangan-jangan malah diri kita yang menjadi penyebab semuanya, jangan-jangan diri kita yang masih terhalang akan rahmat-Nya, karena kesombongan, ke-egoan dan perasaan paling bener.
Adakalanya bertafakkur itu lebih berharga dan utama ketimbang ibadah lainnya. Maka bertafakur tentang diri ini amatlah  penting, masyarakat yang sulit diajak bicara atau kita yang keras kepala. Atau mungkin kita sendiri dulu   yang sesungguhnya  perlu membenarkan langkah-langkahnya secara benar baik dihadapan-Nya maupun di hadapan mereka.  
Kayunya  yang memang keras, ataukah senjata pemotongnya  yang tumpul. Kayu jati memang keras dan karenanya akan kesulitan kalau menggunakan pedang yang tumpul apalagi memakai pisau cukur , tapi kerasnya kayu jati  menjadi tak  berarti kalau kita gunakan gergaji mesin yang tajam.Namun betapaun lemah dan lembeknya batang pisang anda tetap akan mendapatkan kesulitan kalau senjata yang digunakan sejenis silet atau besi tumpul.
Hidts ini harus diyakini betul, “Jika kamu  menolong Alloh, maka Alloh pun akan menolongmu,dan Alloh akan memantapkan langkah-langkahmu”
          Adakalanya kita lupa diri dan terbawa emosi, nafsu. Telitilah diri kita sendiri, sedang berdakwah mencari perhatian-Nya ataukah sibuk mencari sanjungan  orang-orang? Sedang berusaha disanjung oleh-Nya atau sibuk mencari popularitas ? Sedang mencari kehormatan di sisi-Nya ataukah  sedang gila hormat, sehingga orang-orang semuanya merasa wajib menghormati anda karena anda ustdaz .
Cermin pasti sangat berguna bagi kita. Kita tidak akan mengetahui pakaian belakang kita rapih atau tidak kalau tidak bercermin. Masukan orang lain pun bisa dijadikan cermin. Jadikanlah hinaan dan cercaan mereka sebagai cermin berharga. Justru kalau anda dipuja terus menerus dan anda merasa suka karenanya maka anda sudah  menjadi orang yang terlena  dan tertipu.
Bersihkan hati , agar menjadi cermin yang terang dan mampu melihat jelas benda-benda didepannya.
Alloh Maha  Suci. Berusahalah terus mensucikan hati . Perbanyaklah dzikir kepada-Nya agar kesucian Rabbani bertemu dan menyapa hati anda. Karena anda tau pasti bahwa air  akan  bercampur dengan air , dan tidak akan bisa bersatu  dengan minyak.
Hadits Qudsi ini pun sangat menyejukkan, “Barang siapa mendekat kepadaKu dengan berjalan makan Aku akan mendekatinya sambil berlari”,
Jangan ragukan Kasih sayAng-Nya, Ia Maha Rahman Rahiem, tapi janganlah disalahgunakan, kerana dia juga punya sifat Syadiidul’Ngiqob (Penghukum yang keras).
“Ya, Alloh kuatkanlah kami untuk selalu berada di Jalan-MU. Jadikanlah kami sebagai orang-orang pemberi petunjuk yang mendapatkan petunjuk dari-MU”. Hasbunalloh wa ni’mal wakil, Cukuplah Alloh sebagai pelindung dan pemberi petolongan kepada kami.

###
Purwokerto ,  9 agustus, 2006




Senin, 15 September 2014

Mengenal Tokoh Sufi Syeh Abill Hasan Asy-Syadzili



Perjalanan Spiritual Syeh Abil Hasan As-Syadzili (Guru Besar Thariqat Syadziliyah)

Suatu ketika saat berkelana beliau berkata dalam hati, “Ya Allah,
kapankah aku bisa menjadi hamba-Mu yang bersyukur?” Kemudian terdengarlah suara, “Kalau kamu sudah mengerti dan merasa bahwa yang diberi nikmat hanya kamu saja” Beliau berkata lagi, “Bagaimana saya bisa begitu, padahal Engkau sudah memberi nikmat kepada para Nabi, Ulama dan Raja?” Kemudian terdengar suara lagi, “Jika tidak ada Nabi, kamu tidak akan mendapat petunjuk, jika tidak ada Ulama kamu tidak akan bisa ikut bagaimana caranya beribadah, jika tidak ada Raja kamu tidak akan merasa aman. Itu semua adalah nikmat dari-Ku yang kuberikan hanya untukmu”.

ِِSyadziliyah adalah nama suatu desa di benua Afrika yang merupakan nisbat nama Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. Beliau pernah bermukim di Iskandar sekitar tahun 656 H. Beliau wafat dalam perjalanan haji dan dimakamkan di padang Idzaab Mesir. Sebuah padang pasir yang tadinya airnya asin menjadi tawar sebab keramat Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. Beliau belajar ilmu thariqah dan hakikat setelah matang dalam ilmu fiqihnya. Bahkan beliau tak pernah terkalahkan setiap berdebat dengan ulama-ulama ahli fiqih pada masa itu.
Dalam mempelajari ilmu hakikat, beliau berguru kepada wali quthub yang agung dan masyhur yaitu Syekh Abdus Salam Ibnu Masyisy, dan akhirnya beliau yang meneruskan quthbiyahnya dan menjadi Imam Al-Auliya’.

Peninggalan ampuh sampai sekarang yang sering diamalkan oleh umat Islam adalah Hizb Nashr dan Hizb Bahr, di samping Thariqah Syadziliyah yang banyak sekali pengikutnya. Hizb Bahr merupakan Hizb yang diterima langsung dari Rasulullah saw. yang dibacakan langsung satu persatu hurufnya oleh beliau saw. Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. pernah ber-riadhah selama 80 hari tidak makan, dengan disertai dzikir dan membaca shalawat yang tidak pernah berhenti. 

Pada saat itu beliau merasa tujuannya untuk wushul (sampai) kepada Allah swt. telah tercapai. Kemudian datanglah seorang perempuan yang keluar dari gua dengan wajah yang sangat menawan dan bercahaya. Dia menghampiri beliau dan berkata, ”Sunguh sangat sial, lapar selama 80 hari saja sudah merasa berhasil, sedangkan aku sudah enam bulan lamanya belum pernah merasakan makanan sedikitpun”. Suatu ketika saat berkelana, beliau berkata dalam hati, “Ya Allah, kapankah aku bisa menjadi hamba-Mu yang bersyukur?”. Kemudian terdengarlah suara, “Kalau kamu sudah mengerti dan merasa bahwa yang diberi nikmat hanya kamu saja”. Beliau berkata lagi, “Bagaimana saya bisa begitu, padahal Engkau sudah memberi nikmat kepada para Nabi, Ulama dan Raja?”. Kemudian terdengarlah suara lagi, “Jika tidak ada Nabi, kamu tidak akan mendapat petunjuk, jika tidak ada Ulama kamu tidak akan bisa ikut bagaimana caranya beribadah, jika tidak ada Raja kamu tidak akan merasa aman. Itu semua adalah nikmat dari-Ku yang kuberikan hanya untukmu”.

Beliau pernah khalwat (menyendiri) dalam sebuah gua agar bisa wushul (sampai) kepada Allah swt. Lalu beliau berkata dalam hatinya, bahwa besok hatinya akan terbuka. Kemudian seorang waliyullah mendatangi beliau dan berkata, “Bagaimana mungkin orang yang berkata besok hatinya akan terbuka bisa menjadi wali. Aduh hai badan, kenapa kamu beribadah bukan karena Allah (hanya ingin menuruti nafsu menjadi wali)”. Setelah itu beliau sadar dan faham dari mana datangnya orang tadi. Segera saja beliau bertaubat dan minta ampun kepada Allah swt. Tidak lama kemudian hati Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. sudah di buka oleh Allah swt. 
 
Demikian di antara bidayah (permulaaan) Syekh Abul Hasan As-Syadzili. Beliau pernah dimintai penjelasan tentang siapa saja yang menjadi gurunya? Sabdanya, “Guruku adalah Syekh Abdus Salam Ibnu Masyisy, akan tetapi sekarang aku sudah menyelami dan minum sepuluh lautan ilmu. Lima dari bumi yaitu dari Rasululah saw, Abu Bakar r.a, Umar bin Khattab r.a, Ustman bin ‘Affan r.a dan Ali bin Abi Thalib r.a, dan lima dari langit yaitu dari malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il dan ruh yang agung. 

Beliau pernah berkata, “Aku diberi tahu catatan muridku dan muridnya muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang, semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang akan terjadi besok sampai hari kiamat”. Syekh Abu Abdillah Asy-Syathibi berkata, “Aku setiap malam banyak membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada Allah swt apa yang menjadi hajatku, maka terkabulkanlah apa saja permintaanku”. Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan aku bertanya, “Ya Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah swty. apa yang menjadi kebutuhanku lalu dikabulkan, seperti hal tersebut apakah diperbolehkan atau tidak?”. Lalu Nabi saw. Menjawab, “Abul Hasan itu anakku lahir batin, anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang tuanya, maka barang siapa bertawashul kepada Abul Hasan, maka berarti dia sama saja bertawashul kepadaku”. 

Pada suatu hari dalam sebuah pengajian Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. menerangkan tentang zuhud, dan di dalam majelis terdapat seorang faqir yang berpakaian seadanya, sedang waktu itu Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili berpakaian serba bagus. Lalu dalam hati orang faqir tadi berkata, “Bagaimana mungkin Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. berbicara tentang zuhud sedang beliau sendiri pakaiannya bagus-bagus. Yang bisa dikatakan lebih zuhud adalah aku karena pakaianku jelek-jelek”. Kemudian Syekh Abul Hasan menoleh kepada orang itu dan berkata, “Pakaianmu yang seperti itu adalah pakaian yang mengundang senang dunia karena dengan pakaian itu kamu merasa dipandang orang sebagai orang zuhud. Kalau pakaianku ini mengundang orang menamakanku orang kaya dan orang tidak menganggap aku sebagai orang zuhud, karena zuhud itu adalah makam dan kedudukan yang tinggi”. Orang fakir tadi lalu berdiri dan berkata, “Demi Allah, memang hatiku berkata aku adalah orang yang zuhud. Aku sekarang minta ampun kepada Allah dan bertaubat”.

Di antara Ungkapan Mutiara Syekh Abul Hasan Asy-Syadili:
1. Tidak ada dosa yang lebih besar dari dua perkara ini : pertama, senang dunia dan memilih dunia mengalahkan akherat. Kedua, ridha menetapi kebodohan tidak mau meningkatkan ilmunya.
2. Sebab-sebab sempit dan susah fikiran itu ada tiga : pertama, karena berbuat dosa dan untuk mengatasinya dengan bertaubat dan beristiqhfar. Kedua, karena kehilangan dunia, maka kembalikanlah kepada Allah swt. sadarlah bahwa itu bukan kepunyaanmu dan hanya titipan dan akan ditarik kembali oleh Allah swt. Ketiga, disakiti orang lain, kalau karena dianiaya oleh orang lain maka bersabarlah dan sadarlah bahwa semua itu yang membikin Allah swt. untuk mengujimu.

Kalau Allah swt. belum memberi tahu apa sebabnya sempit atau susah, maka tenanglah mengikuti jalannya taqdir ilahi. Memang masih berada di bawah awan yang sedang melintas berjalan (awan itu berguna dan lama-lama akan hilang dengan sendirinya). Ada satu perkara yang barang siapa bisa menjalankan akan bisa menjadi pemimpin yaitu berpaling dari dunia dan bertahan diri dari perbuatan dhalimnya ahli dunia. Setiap keramat (kemuliaan) yang tidak bersamaan dengan ridha Allah swt. dan tidak bersamaan dengan senang kepada Allah dan senangnya Allah, maka orang tersebut terbujuk syetan dan menjadi orang yang rusak.
Keramat itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi keramat hanya orang yang tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah (fadhal) dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri dan amalnya.

Di antara keramatnya para Shidiqin ialah :
1. Selalu taat dan ingat pada Allah swt. secara istiqamah (kontineu).
2. Zuhud (meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi).
3. Bisa menjalankan perkara yang luar bisa, seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan sebagainya.
Diantara keramatnya Wali Qutub ialah :
1. Mampu memberi bantuan berupa rahmat dan pemeliharaan yang khusus dari Allah swt.
2. Mampu menggantikan Wali Qutub yang lain.
3. Mampu membantu malaikat memikul Arsy.
4. Hatinya terbuka dari haqiqat dzatnya Allah swt. dengan disertai sifat-sifat-Nya.
Kamu jangan menunda ta’at di satu waktu, pada waktu yang lain, agar kamu tidak tersiksa dengan habisnya waktu untuk berta’at (tidak bisa menjalankan) sebagai balasan yang kamu sia-siakan. Karena setiap waktu itu ada jatah ta’at pengabdian tersendiri. Kamu jangan menyebarkan ilmu yang bertujuan agar manusia membetulkanmu dan menganggap baik kepadamu, akan tetapi sebarkanlah ilmu dengan tujuan agar Allah swt. membenarkanmu. Radiya allahu ‘anhu wa ‘aada ‘alaina min barakatihi wa anwarihi wa asrorihi wa ‘uluumihi wa ahlakihi, Allahumma Amiin. ( Dari berbagai sumber) ###
===.


Minggu, 14 September 2014

Bangunan Yang Runtuh

Bangunan Yang Runtuh


Untuk apa mendirikan bangunan yang tinggi kalau kemudian runtuh. Sia-sia , menghabiskan biaya dan tenaga.Mengapa diteruskan membangun bangunan yang fondasinya rapuh. Tidakkah sebaiknya bangunan dihentikan terlebih dahulu dan memperkuat fondasi agar nantinya kokoh dan tidak khawatir akan runtuh setinggi apapun bangunan tersebut. Kalau perlu bongkarlah bangunan , perbaiki fondasi. Kelihatannya memang sayang bangunan yang sudah ada harus hilang dan rusak namun demi masa depan yang lebih cerah , demi keselamatan para penghuninya maka pembongkaran jauh lebih baik.

Itu sebuah ibarat untuk orang yang sedang meniti jalan spiritual. Sebelum berkiprah dengan orang banyak, sebelum merekrut jamaah lebih banyak lagi maka lebih baik menarik diri dulu. Tinggalkanlah jamaah anda, walupun mereka harus bubar karenanya. Lebih baik memperkuat keimanan diri dulu sampai benar-benar kokoh, baru kemudian berada dan membentuk jamaah kembali. Tidak usah hiraukan cacian orang yang mengatakan anda tidak peduli    terhadap lingkungan terhadap umat dan lain sebagianya. Karena boleh jadi mereka tidak tahu tentang spiritualitas dan step-stepnya.

Jika anda tau keterlibatan anda di jamaah anda sebelum benar-benar memiliki keimanan yang kokoh dapat mengakibatkan hancurnya amal anda juga membehayakan jamaah , maka saya rasa anda pasti tidak akan sayang untuk menarik diri dulu. Dari pada amal anda harus roboh, dari pada mereka harus ikut hancur akan ilmu dan amal yang masih dipenuhi kemunafikan dan noda-noda riya maka tentu keselamatan jangaka panjang bagi semuanya adalah pilihan yang bijaksana.

Sampai kapan anda akan kembali ? Tergantung kesungguhan anda dalam meniti jalan spiritual. Bisa lama bisa juga sebentar. Ikutlah apa yang dianjurkan dan diperintahkan guru mursyid anda.

Kesanggupan menraik diri seperti ini memang terasa berat. Apalagi bagi mereka yang tidak paham akan lika-liku spiritual. Dari pengalaman yang saya lihat, banyak murid-murid spiritual yang menolak perintah guru mursyidnya untuk melakukan ini.Mereka tidak paham dan mungkin ,menilai gurunya telah mengabaikan kepentingan banyak umat karena memerintahkan dirinya untuk meninggalkan jamaah yang telah dibinanya bertahun-tahun.

Maka tidak jarang saya lihat, sang murid baru yang sudah terlanjur sering disanjung dan disebut ustad bahkan Kyai di masyarakatnya, gagal di pintu spiritualitas. Ia menolak perintah untuk  menghadiri majlis dzikirnya karena merasa berat meninggalkan perkumpulan pribadinya. Padahal kalau mau jujur , apa buah dari perkumpulan yang telah digalakannya selama ini. Yang malas apakah telah berubah menjadi perajin ibadah ? Yang suka menggunjing, yang suka mengeluh akan hidupnya, yang suka mengiumpulkan harta benda dan kemegahan yang haus pangkat dan derajat duniawi apakah sudah berubah menjadi kehausan terhadap akhirat ? Ataukah anda telah menyuburkan semangatnya terhadap dunia dengan jampi-jampi doa yang anda ajarkan kepada mereka.  

“Jangalah anda jual harga akhirat yang mahal dengan dunia yang sepele dan tidak berharga”.

Perkumpulan, pengajian dan seremoni tentu bukanlah tujuan. Itu hanya merupakan alat untuk merubah para anggotanya menjadi lebih baik. Kalau hanya rutinitas tanpa perubahan tentu artinya perkumpulan belum berhasil dan mencapai tujuan semestinya dalam merubah akhlak para jamaah menjadi lebih mulia.

Apa artinya bangunan besar kalau rapuh , bukankah berbahaya jika di dalamnya banyak penghuni yang tidak mengerti akan kualitas bangunan itu ?

Apa artinya shalat kalau sehabis itu anda kembali berbuat mungkar. Apa artinya puasa kalau setelah itu anda berpesta pora ? Apa artinya anda pergi haji kalau sehabis pulang anda kembali berbuat keji ?

“Minta tolonglah anda dengan berbuat sabar dan sholat. Tetapi ini adalah sesuatu yang berat kecuali bagi mereka  yang memiliki hati yang khusuk”.

Hati yang khusuk. Hati yang mutmainnah. Hati yang tenang.

“Ingatlah hanya dengan berdzikir kepada Alloh-lah hati akan menjadi tenang” (al-Quran).

Kuatkanlah hati dengan memperbanyak dzikir. Memperbanyak dzikir akan menyuburkan iman. Dan ini seuatu yang berat kalau tidak atas bimbingan oleh guru yang yang Kamil Mukammil. Jika berjalan sendirian terasa berat mengapa tidak meminta bantuan kepada yang telah berhasil melalui perjalanan. Mengapa anda nekat berjalan sendiri tenpa petunjuk dan mengapa anda merasa mampu bersama orang-orang yang lebgih buta akan perjalanan. Mengapa anda tidak menyerahkan pada bimbingan orang yang telah sampai pada ujung perjalanan ? .

“Bertanyalah pada ahli dzikir jika anda tidak tahu”(al-Quran).###

Purwokerto, Desember 23, 2006.


Untukmu Dunia

Untukmu DUNIA

Konon ceritanya, sebelum Sang Khaliq menciptakan dunia ini, Ia memberikan sebuah intruksi penting terkait hubungannya dengan manusia sebagai salah satu mahluk yang akan ikut menjadi penghuninya.

Alloh SWT memberikan Intruksi begini : " Wahai Dunia, Layanilah orang yang Melayani-KU, dan Jadikanlah dia Pelayan orang yang Melayanimu" .

Intruksi itu terekam dalam sebuah hadist Qudsi ( ya setidaknya itulah) yang saya terima dari keterangan Simbah KH. Chalwani Nawawi saat ikut mendengarkan tausiyahnya di Pondok pesantren miliknya, PP an-Nawawi,Purworejo, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

Isi Hadits qudsi itu , jika direnungkan sesungguhnya menanting dan menakar keimanan kita semua. Apakah selama ini kita sudah ikut berpatisipasi menjadi pelayan-Nya ? dan sejauh mana?

Dan mungkin lebih banyak kita menjadi pelayan, menyibukkan diri untuk mengumpulkan hal-hal yg menyenangkan di dunia ini. Namun hati tidak pernah berbohong di hadapan Tuhan.

Semoga Kita termasuk yg akan menjadi orang selamat dan diberikan tempat untuk menjadi pelayan-Nya, di manapun dan apapun profesi yang kita miliki. Karna Sorga-Nya tidak harus mahal kita membelinya, namun Keihlasan bisa menjadi jalan menuju-Nya. Salam.

Pwt, 14/09/14.