Minggu, 14 September 2014

Bangunan Yang Runtuh

Bangunan Yang Runtuh


Untuk apa mendirikan bangunan yang tinggi kalau kemudian runtuh. Sia-sia , menghabiskan biaya dan tenaga.Mengapa diteruskan membangun bangunan yang fondasinya rapuh. Tidakkah sebaiknya bangunan dihentikan terlebih dahulu dan memperkuat fondasi agar nantinya kokoh dan tidak khawatir akan runtuh setinggi apapun bangunan tersebut. Kalau perlu bongkarlah bangunan , perbaiki fondasi. Kelihatannya memang sayang bangunan yang sudah ada harus hilang dan rusak namun demi masa depan yang lebih cerah , demi keselamatan para penghuninya maka pembongkaran jauh lebih baik.

Itu sebuah ibarat untuk orang yang sedang meniti jalan spiritual. Sebelum berkiprah dengan orang banyak, sebelum merekrut jamaah lebih banyak lagi maka lebih baik menarik diri dulu. Tinggalkanlah jamaah anda, walupun mereka harus bubar karenanya. Lebih baik memperkuat keimanan diri dulu sampai benar-benar kokoh, baru kemudian berada dan membentuk jamaah kembali. Tidak usah hiraukan cacian orang yang mengatakan anda tidak peduli    terhadap lingkungan terhadap umat dan lain sebagianya. Karena boleh jadi mereka tidak tahu tentang spiritualitas dan step-stepnya.

Jika anda tau keterlibatan anda di jamaah anda sebelum benar-benar memiliki keimanan yang kokoh dapat mengakibatkan hancurnya amal anda juga membehayakan jamaah , maka saya rasa anda pasti tidak akan sayang untuk menarik diri dulu. Dari pada amal anda harus roboh, dari pada mereka harus ikut hancur akan ilmu dan amal yang masih dipenuhi kemunafikan dan noda-noda riya maka tentu keselamatan jangaka panjang bagi semuanya adalah pilihan yang bijaksana.

Sampai kapan anda akan kembali ? Tergantung kesungguhan anda dalam meniti jalan spiritual. Bisa lama bisa juga sebentar. Ikutlah apa yang dianjurkan dan diperintahkan guru mursyid anda.

Kesanggupan menraik diri seperti ini memang terasa berat. Apalagi bagi mereka yang tidak paham akan lika-liku spiritual. Dari pengalaman yang saya lihat, banyak murid-murid spiritual yang menolak perintah guru mursyidnya untuk melakukan ini.Mereka tidak paham dan mungkin ,menilai gurunya telah mengabaikan kepentingan banyak umat karena memerintahkan dirinya untuk meninggalkan jamaah yang telah dibinanya bertahun-tahun.

Maka tidak jarang saya lihat, sang murid baru yang sudah terlanjur sering disanjung dan disebut ustad bahkan Kyai di masyarakatnya, gagal di pintu spiritualitas. Ia menolak perintah untuk  menghadiri majlis dzikirnya karena merasa berat meninggalkan perkumpulan pribadinya. Padahal kalau mau jujur , apa buah dari perkumpulan yang telah digalakannya selama ini. Yang malas apakah telah berubah menjadi perajin ibadah ? Yang suka menggunjing, yang suka mengeluh akan hidupnya, yang suka mengiumpulkan harta benda dan kemegahan yang haus pangkat dan derajat duniawi apakah sudah berubah menjadi kehausan terhadap akhirat ? Ataukah anda telah menyuburkan semangatnya terhadap dunia dengan jampi-jampi doa yang anda ajarkan kepada mereka.  

“Jangalah anda jual harga akhirat yang mahal dengan dunia yang sepele dan tidak berharga”.

Perkumpulan, pengajian dan seremoni tentu bukanlah tujuan. Itu hanya merupakan alat untuk merubah para anggotanya menjadi lebih baik. Kalau hanya rutinitas tanpa perubahan tentu artinya perkumpulan belum berhasil dan mencapai tujuan semestinya dalam merubah akhlak para jamaah menjadi lebih mulia.

Apa artinya bangunan besar kalau rapuh , bukankah berbahaya jika di dalamnya banyak penghuni yang tidak mengerti akan kualitas bangunan itu ?

Apa artinya shalat kalau sehabis itu anda kembali berbuat mungkar. Apa artinya puasa kalau setelah itu anda berpesta pora ? Apa artinya anda pergi haji kalau sehabis pulang anda kembali berbuat keji ?

“Minta tolonglah anda dengan berbuat sabar dan sholat. Tetapi ini adalah sesuatu yang berat kecuali bagi mereka  yang memiliki hati yang khusuk”.

Hati yang khusuk. Hati yang mutmainnah. Hati yang tenang.

“Ingatlah hanya dengan berdzikir kepada Alloh-lah hati akan menjadi tenang” (al-Quran).

Kuatkanlah hati dengan memperbanyak dzikir. Memperbanyak dzikir akan menyuburkan iman. Dan ini seuatu yang berat kalau tidak atas bimbingan oleh guru yang yang Kamil Mukammil. Jika berjalan sendirian terasa berat mengapa tidak meminta bantuan kepada yang telah berhasil melalui perjalanan. Mengapa anda nekat berjalan sendiri tenpa petunjuk dan mengapa anda merasa mampu bersama orang-orang yang lebgih buta akan perjalanan. Mengapa anda tidak menyerahkan pada bimbingan orang yang telah sampai pada ujung perjalanan ? .

“Bertanyalah pada ahli dzikir jika anda tidak tahu”(al-Quran).###

Purwokerto, Desember 23, 2006.


Tidak ada komentar: