Minggu, 05 Oktober 2014

NU , Ken-KMP dan Keris Empu Gandring

                   
                               foto ilustrasi Keris Mpu Gandring

Ingat atau pernah mendengar Kisah Keris Empu Gandring di era Kerajaan Singasari dulu ? Empu pembikin Keris sakti Ken Arok yang kemudian tewas oleh kerisnya sendiri ?  Keris itu sekarang bernama Pilkada tidak langsung, dan Empu Gandring itu mirip dengan PBNU. Dan siapa Ken Aroknya ? siapa lagi kalau bukan Koalisi Merah Padam.

NU memang menjadi makhluk yang sangat "sexy" pada setiap moment politik. Sebelumnya sudah sexy namuan bertambah sexy sekali di event-event pemilu. Karna kecantikannya itulah NU menjadi rebutan kepentingan politik di mana-mana. Tokoh-tokoh partai yang sebelumnya tidak pernah tahlilan sekalipun ketika masa kampanye akan menjadi sangat NU ketimbang para santri itu sendiri.

Tidak terkecuali pada saat pro kontra mengenai UU Pilkada langsung atau tidak langsung. NU juga menjadi hujjah dan bamper politik bagi mereka yang pro pilkada melalui DPRD ( tidak langsung). NU dijual ke mana-mana  sekaligus juga dijadikan senjata untuk menyerang orang-orang NU yang pro pilkada langsung. Para pejuang demokrasi langsung yang menjunjung tinggi hak dan kedaulatan rakyat dalam berpolitik ini dicap sebagai orang-orang NU yang tidak patuh terhadap pimpinannya, yakni para Ulama dan Kyai NU.

Lepas dari pro kontra kedua kepentingan politik ini sesungguhnya NU dengan keputusan mendukung pilkada tidak langsung itu menyimpan resiko yang besar , terutama berkaitan dengan para pemain politik yang setuju dengan pilkada tidak langsung itu. Kekuatan politik yang mendukung pilkada tidak langsung itu tidak lain adalah mereka yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih ( Gerindra, PKS, PPP, PAN, Golkar dan Demokrat). Dari komposisi koalisi itu yang paling dominan bersuara adalah PKS.

Jika Pilkada tidak langsung yang diusung oleh NU itu adalah murni tanpa tendensi politik sesaat, demi kemaslahatan umat saja, beda dengan kepentingan KMP yang jelas memiliki target politik tertentu. Menurut penulis bermuatan dendam politik atas kekalahan Prabowo dalam Pilpres lalu. KMP mendesain pilkada tidak langsung dengan pendapat-pendapat manis atas nama keuangan negara dan menghindarkan perilaku korupsi para kepala daerah.


Namun tentu semua orang paham bahwa argumentasi itu adalah sengaja dibangun untuk mengkamuflasekan kepentingan politiknya, yang ingin menciptakan gubernur-gubernur dan bupati atau walikota dari partainya. Karena jika KMP solid, mereka sudah mengkalkulasi bahwa mayoritas propinsi dan kabupaten akan mampu dikuasainya. Dengan menguasai pimpinan daerah itu selanjutnya tentu saja akan dipakai menjadi senjata kuat untuk melawan pemerintah Jokowi-JK. 

Saat ini pun dengan kepintarannya, KMP mampu menguasai pimpinan parlemen di DPR RI, dengan proses yang menurut penulis maaf sangat memalukan demokrasi di Tanah Air. Boleh kita tunggu bersama, biar nanti waktu yang akan menjawabnya, apakah kekuatan mereka di legislatif dalam kerangka bersama Jokowi membangun Indonesia, ataukah dalam rangka melancarkan balas dendam politinya ?


Nah jadi jelas sekali bedanya antara muatan yang dikandung oleh PBNU dengan hasil Munasnya itu dengan motif politik KMP atas nama pilkada tidak langsung itu bukan ? Beda juga dengan Keputusan Muhammadiyah yang mendukung pilkada tidak langsung baru kemarin sore ketika parpol miliknya (PAN) berada di dibarisan KMP.


Munas PBNU itu dilakukan dua tahun lalu sebelum hiruk pikuk politik terjadi di Tanah Air, sebelum Pemilu Legislatif ,sebelum Pilpres dan Sebelum Koalisi Merah Padam itu lahir. Jadi tentu saja tanpa pamrih politik praktis. Karna para Kyai NU itu memang sudah mendedikasikan perjuangannya untuk Bangsa Indonesia sejak lama sekali. Bahkan pada 1945 , PBNU pernah mengeluarkan Resolusi Jihad NU demi melawan tentara Sekutu dan Belanda yang akan merebut kemerdekaan Bangsa ini. Dan Resolusi Jihad ini adalah murni hasil (mungkin kalau konteks sekarang sama seperti Munas tersebut) tanpa ada campur tangan politik negara saat itu.

PILKADA TIDAK LANGSUNG dan KERIS EMPU GANDRING


Di tangan orang-orang yang tulus mengurusi negara, tanpa hasrat kekuasaan apalagi dendam politik, pilkada langsung ataupun tidak saya rasa tidak akan menjadi masalah apapun. Namun ditangan pendendam senjata yang tajam pasti akan sangat berbahaya. Pun sebaliknya akan sangat bermanfaat jika berada di tangan orang yang bijak untuk digunakan sebagaimana mestinya.


Merujuk pada sejarah Kerajaan Singasari dulu, Empu Gandring yang sakti itu tidak tau menau tentang Keris yang dipesan oleh Ken Arok akan digunakan untuk apa. Empu Gandring hanya melakukan pekerjaannya sebagai suhu bagaimana bisa memuaskan pemesannya dengan harapan bisa digunakan sebagai senjata yang baik. Keris sakti sebagaimana pesanan Ken Arok ternyata digunakan sebaliknya oleh Ken Arok dan bahkan tragis kemudian digunakan untuk membunuh sang Empu pencipta Keris tersebut.


Pilkada tidak langsung yang jauh-jauh hari didengungkan dan dibuat keputusan oleh PBNU, jika benar nanti diberlakukan, menurut saya berpotensi seperti Keris Empu Gandring yang makan tuannya. Keris Pilkada tidak langsung PBNU itu bisa-bisa "membunuh" PBNU dan warganya atas kekerasan dan kekakuan kaum wahaby  yang secara politik berada dalam tubuh PKS. Kemudian  semua orang tau bukankah  PKS sangatlah mendominasi Koalisi Merah Putih tersebut? 


Dan warga NU di Tanah Air saat ini bisa dibilang sudah mencapai puncak kejengkelan atas pengkafiran, pembidngahan dan penyesatan yang dilakukan oleh kelompok kelompok  Salafy-wahaby ini.


Kejadian barikutnya mudah bisa diramalkan ketika politik garis keras ini mendominasi bangsa dan negara dengan pimpinan-pimpinan daerah yang mereka miliki didukung oleh kekuatan Parlemennya yang saat ini berkuasa. Bukan tidak mungkin melalui undang-undang yang akan mereka buat  sengaja ada yang ditujukan untuk memberangus ajaran-ajaran Empu PBNU di seluruh Indonesia. Begitupun dengan alokasi anggaran APBN dan APBD , bukan tidak mungkian akan digunakan untuk membesarkan misinya. Masih ingat kasus Korupsi Sapi ?


Nah bukankah itu tidak mustahil dan bukankah penyelasan itu sering-sering datangnya di akhir waktu ? Namun apadaya Keris Empu PBNU bernama Pilkada tidak langsugn itu terlanjur disambar oleh KMP. Mudah-mudahan kekejaman Ken Arok tidak menurun kepada para politisi kita yang saat ini memegang keris pilkada tersebut. Jika ternyata ikut kejam seperti Ken Arok, maka keris itupun niscaya akan membunuh sang pemilik sebagaimana kutukan Empu Gandring. Wallohu'alam. ###


_____ heheh serius banget ya, salam NKRI harga Mati ___ ! (agus maryono , warga NU Banyumas)

Tidak ada komentar: